Selasa, 25 Jun 2013

sinopsis Twilight part 1

Setelah kedua orang tuanya bercerai, Isabella Swan memutuskan untuk tinggal bersama ayah kandungnya, Charlie Swan, di sebuah kota kecil dengan curah hujan yang cukup tinggi, Forks. Hari pertama kepindahannya ke sebuah SMU di pusat kota, dipenuhi oleh puluhan bahkan ratusan nama orang-orang yang mencoba dekat ataupun hanya sekedar berbasa-basi menawarkan keramahan. Tetapi dari sekian banyak nama, yang bahkan ia sendiri tak mampu mengingatnya satu persatu, hanya sebuah nama yang menarik perhatiannya, CULLEN.

Cullen adalah sebuah keluarga yang terdiri dari DR. Carlisle Cullen, Mrs. Esme Cullen, dan keempat anaknya Emmet, Rosalie, Alice dan Edward Cullen. Nama terakhir itulah yang membuat Isabella Swann  tertarik, bahkan mungkin terpesona. Semua anggota keluarga Cullen memiliki wajah yang luar biasa rupawan, kulit seputih marmer, mata keperakan setajam elang, juga rambut yang berkilau-kilau. Tetapi fisik bukan alasan utama ketertarikan Bella terhadap keluarga Cullen, melainkan sisi kelam yang entah datang dari mana dan entah mengapa sepertinya hanya Bella yang menyadarinya. Ia bergidik saat matanya bertemu pandang dengan Edward Cullen, mengerikan sekaligus memabukan, batinnya.

Kelas berikutnya adalah kelas biologi, Bella terkejut ketika menyadari bahwa partnernya dalam pelajaran Biologi adalah Edward Cullen. Duduk tepat di sebelah Edward Cullen membuat sedikit banyak pengindraannya musnah, membuat otaknya enggan menyerap materi pembelajaran. Tanpa sengaja ia melihat mata Edward Cullen yang berwarna keemasan berubah menjadi hitam kelam. Ia kembali bergidik, ekspresi yang terpancar dari wajah Cullen sangat mengerikan.

Setelah insiden di ruang biologi, Bella tidak melihat Edward Cullen selama beberapa minggu. Tidak juga seluruh anggota keluarga Cullen. Di kelas berikutnya Bella kembali melihat Edward di kelas biologi, kali ini dengan ekspresi yang lebih ramah dan mata yang jauh lebih hangat. Pertemuan terakhir itu meninggalkan kesan yang begitu mendalam di hati Bella, ia memimpikan Edward Cullen di setiap tidurnya.

Ketertarikan Bella terhadap Edward semakin menjadi, terutama ketika Edward berhasil menyelamatlkan Bella dari kecelakaan maut yang hampir merenggut nyawa Bella. Tetapi ketertarikan tersebut berubah menjadi kecurigaan ketika Bella menyadari ada yang aneh dengan diri pria yang dipujanya selama ini, bukan kulitnya yang terlalu pucat, bukan juga warna matanya yang sering kali berubah lebih kelam, tetapi ada sesuatu yang lain, sesuatu yang lebih besar yang keluarga Cullen coba sembunyikan dari Bella juga dari semua oerang disekitar mereka.

Kombinasi aneh antara rasa kagum dan kecurigaan membuat Bella semakin ingin lebih dekat dan mengungkap semua rahasia keluarga Cullen terutama Edward Cullen.
Tingkah Edward semakin aneh setelah kecelakaan tersebut, jangankan menyapa Bella, bertemu dalam radius 20 meter dari jarak pandang Bella-pun Ia enggan. Di kelas biologi, Edward nyaris tidak mengucapkan sepatah-katapun, Ia diam seribu bahasa, Bella benar-benar merasa terabaikan. Ia kecewa meskipun ia sendiri masih tidak tau apa yang sebenarnya menyebabkan Edward mengabaikan dirinya.

Seperti Edward yang mengabaikan Bella, Bella-pun mencoba mengabaikan Edward. Ia berusaha melupakan semua yang pernah ia rasakan terhadap Edward, kagum, ingin tahu, terpesona, semua ia musnahkan. Nyatanya menghapus nama Edward Cullen dari dalam benaknya lebih sulit dari apa yang ia bayangkan, ia masih memimpikan mahluk tampan berkulit seputih marmer itu.

Hingga suatu hari seusai kelas biologi, tanpa disangka tanpa di duga, Edward datang menemui Bella. Bella yang sudah bertekad akan melupakan mahluk tersebut tidak menggubris kedatangan Edward, ia mengacuhkannya. Tetapi akhirnya Edward berhasil meyakinkan Bella, bahwa ia sudah lelah berusaha menjauhi Bella. Dan usahanya menjauhi Bella bukan karena ia tidak menginginkan Bella, tetapi itu ia lakukan justru demi kebaikan Bella sendiri.

Edward mengantar Bella pulang, diperjalanan pulang, Edward mulai terbuka terhadap Bella. Edward menceritakan beberapa hal yang ingin diketahui Bella, meskipun itu hanya menjawab sedikit dari sekian banyak pertanyaan yang berkecamuk dibenaknya, Bella cukup puas. Setidaknya ia mengatahui perasaan Edward yang sebenarnya bahwa ia tidak membenci Bella.
Di akhir pekan Bella bersama kedua temannya, Jessica Stanley dan Angela Weber pergi ke Port Angels untuk mencari gaun yang akan dikenakan Jessica dan Angela di acara Prom. Dan untuk kedua-kalinya Edward datang menyelamatkan Bella, ketika Bella sedang berusaha melarikan diri dari segerombolan preman yang berusaha mengganggunya. Edward mengantar Bella pulang, sementara Jessica diantar pulang oleh Angela.

Dalam perjalanan pulang dari Port Angels itulah Edward menceritakan segalanya, tentang siapa dirinya. Awalnya Bella terkejut ketika Edward mengatakan bahwa ia dan seluruh anggota keluarga Cullen bukan manusia biasa, melainkan vampir, tetapi kemudian ia dapat menguasai keadaan. Ia mencintai Edward dan ia tidak menganggap perihal vampir dan non-fampir itu tidak penting.

Akhirnya Edward menceritakan semua yang ingin diketahui Bella, mengenai siapa dirinya, bagaimana ia menjadi vampir, juga mengapa ia dan keluarganya tidak menghisap darah manusia. Setelah menceritakan semuanya Edward memberikan kesempatan kedua untuk Bella,
” Larilah Bella, aku tidak sesempurna yang kau bayangkan.”

Tetapi Bella bergeming, ia sudah terlanjur mencintai Edward dan ia tidak peduli siapa sebenarnya Edward karena ia yakin Edward tidak akan melukai Bella.
Keesokan harinya Edward memutuskan untuk memperkenalkan Bella kepada anggota keluarganya yang lain. Semuanya menerima Bella dengan tangan terbuka, kecuali Rosalie Cullen, kakak perempuan Edward yang luar biasa cantik dengan ramput pirangnya yang entah mengapa terlihat sangat membenci Bella. Tetapi, lagi-lagi Bella tidak menghiraukannya, karena yang terpenting adalah Edward. Dalam waktu singkat, Bella sudah bersahabat baik dengan adik perempuan Edward, Alice, yang ternyata memiliki kemampuan khusus berupa penglihatan terhadap masa depan. Carlisle dan Esme Cullen, orang tua Edward sangat berterima-kasih kepada Bella, karena Bella mampu merubah edward.


Di akhir pekan, Edward mengajak Bella bertamasya bersama seluruh keluarganya. Mereka bermain soft-ball di lapangan luas yang jaraknya cukup jauh dari Forks. Bella merasa nyaman berada di sekeliling keluarga Edward, mereka tidak terlihat menakutkan apalagi berbahaya. Emmet dan Jasper, saudara lelaki Edward juga tampak terbuka menerima Bella.

Ketika mereka tengah asyik bersenang-senang, tiba-tiba mata Edward menggelap, ekspresinya menjadi lebih menyeramkan dari apa yang sanggup dibayangkan Bella. Ternyata, beberapa saat kemudian muncul tiga vampir haus darah James, Victoria dan Laurent. Awalnya mereka hanya ingin beramah-tamah dengan keluarga Cullen, tetapi kemudian ketika tiba-tiba angin bertiup ke arah Bella, mereka dapat mencium bau Bella dan mengenali Bella sebagai manusia. Mereka sangat terkejut ada manusia di tengah-tengah keluarga Cullen, tetapi mereka tidak berani menyerang, karena jumlah dan kekuatan mereka tidak sebanding dengan keluarga Cullen.

Edward yang bisa membaca pikiran orang-orang yang ada disekitarnya, segera melarikan Bella karena ia mencium rencana mengerikan yang berkelebatan di benak James. Di lain pihak Carlisle, Rosali, Jasper dan Esme mengundang ketiga vampir itu untuk mengalihkan perhatian mereka. Tetapi rencana mereka gagal karena James berhasil lolos dari pengawasan, James bertekad ia akan menghisap darah Bella sampai habis. Bukan karena dahaga, tetapi perlindungan keluarga Cullen yang begitu possesive terhadap Bella-lah yang membuat James tertantang untuk membunuh Bella.

Alice menyembunyikan Bella ke Seattle, tetapi James berhasil menipu semuanya. James mengobrak-abrik rencana mereka, ia berhasil mendapatkan Bella, dan hampir membunuh Bella tepat sebelum Edward datang menyelamatkan Bella. Bella terluka parah, tubuhnya bersimbah darah, belasan tulangnya patah, tetapi nyawanya berhasil di selamatkan.

Setelah kejadian itu, Edward bersumpah akan melindungi Bella. Ia tidak akan membiarkan kejadian itu terulang untuk yang kedua kalinya.

esai biografi



Gelar Sarjana untuk Ayah
Sang fajar masih saja malu-malu menyapa pagi. Cuaca pagi yang dingin makin menusuk relung-relung tulang secara perlahan, mata masih saja terpejam dalam hening membayang. Tidak, bagi laki-laki setengah baya itu, ia lebih dahulu menyambut dunia pagi dengan sumringah. Menyapa embun-embun pagi diribuan dedaunan miliknya. Sebut saja Sumadi. Ia lahir 17 Febuari 1960 di Kulon Progo. Usianya kini sudah menginjak 53 tahun. Sejak masih remaja ia anak yang pekerja keras, mandiri, dan santun. Pada masa-masa itu ia pernah meninggalkan kampung halamannya untuk merantau ke Sumatra. Kini ia sebagai jembatan penopang hidup bagi istri dan anak-anaknya.
Ia menamatkan jenjang pendidikan di SD Muhammadiyah Degan pada tahun 1973, SMP Muhammadiyah Dekso pada tahun 1977, SMEA Dekso pada tahun 1981, Sarjana Muda Universitas Taman Siswa Yogyakarta pada tahun 1985 , dan S-1 IKIP PGRI Wates pada tahun 2011. Sang fajar tak malu lagi memperlihatkan senyumannya pagi itu. Sebelum ia bergegas bekerja, mesin tuoyang kini menjadi teman suka duka berkendara, ia perlihatkan pada dunia pagi itu. Mesin tuo yang sering ngadat di jalan, sering kali memberikan sapaan istimewa.Ngebul seringkali jadi santapan pagi ketika mesin tuo itu dipanaskan. Suara mesin tuo yang bising menyambut keberangkatan pemiliknya. Jalanan terjal, berliku-liku, naik turun bukit bersanding dengan himpitan lereng dan jurang. Berhadapan dengan maut, bukanlah pilihan. Namun apa daya, mesin tuo yang seharusnya dipensiunkan, kini masih saja setia menemani pemiliknya. Sepatu tuoyang hampir puluhan tahun ia kenakan kadang menjadi remcadangan. Hingga terukir sebuah lukisan tangis pada alas sepatu tuoyang dikenakannya itu. Terik matahari, hujan badai ia tetap seberangi tanpa rasa takut di dalam dirinya demi secanting beras untuk anak dan istri di rumah.
Masih saja laki-laki setengah baya itu dipersulit pemerintah. Ia kini masih harus melanjutkan pendidikan S-1 sebagai guru profesional. Ia seharusnya ngayun-ngayun kaki di rumah, menikmati masa-masa tua bersama keluarga dan sanak saudara. Namun, ia lewati masa-masa itu dengan segumpelaktivitas dan tumpukan kertas-kertas tua di hadapannya. Berbulan-bulan ia masih saja bersanding, menatap, dan berkeluh kesah dengan setumpuk kertas tua yang berserakan. Mencoba merangkai kata demi kata, kalimat demi kalimat, paragraf demi paragraf setiap harinya. Direwangi isuk, awan, sore molak malik kertas saben dina. Berkat kerja keras, berusaha, berdoa, dan selalu meminta kemudahan pada Allah, ia mampu menyelesaikan skripsi yang akan diajukan kepada pembimbing.
Memberanikan diri. Menghadap penguji dengan anteng, ayem, dan sumringah.Laki-laki tua berpakaian rapi dengan rambut putih, bertubuh gendut, yang menggengam tinta hitam dengan erat kini perlahan-lahan menatap tajam pada skripsi yang diletakkan di atas meja penguji. Sretttt… tinta hitam penguji dengan kilat menodai kertas putih pada susunan kata-kata yang ia rangkai berbulan-bulan. Ia kecewa, marah, dan sempat putus asa. Tapi tidak berangsur lama. Ia kembali… duduk di depan tumpukan kertas tuo untuk membenahi skripsi yang sempat terbengkalai. Senja kini mulai menyapa, ia masih saja duduk anteng dengan susunan skripsinya. Senja telah berpamitan. Malam semakin larut, tapi ia tetap saja masih dihadapan kertas tuo. Mata sayup, wajah pucat, puluhan kertas berserakan.
Diajukannya kembali skripsi itu pada pembimbing. Wajah yang setengah sumringah itu mulai berdebar-debar, takut mendapatkan coretan tinta hitam lagi darinya. Lagi-lagi dan lagi masih saja salah di mata tajamnya. Kecewa dan putus asa kini ia alami ke sekian kalinya. Ia mulai jenuh. Namun ia tetap berusaha dan mencoba kembali. Nampaknya pepohonan mulai bosan melihat ia berlalu lalang setiap hari, meja yang kerap kali ia letakkan skripsinya kini mulai kesal, setiap waktu tak bosan-bosannya melekat pada dirinya. Kini ia mulai kembali meletakkan di atas meja. Semakin hari pembimbing itu tampak kaku. Mungkin akan kembali ada coretan hitam, terbesit dalam pikiran sebab kerap kali ia alami. Namun, tak sama sekali pembimbing itu meneteskan coretan hitam pada skripsi yang ada di hadapannya. Kini skripsi yang ia buat hingga menguras tenaga dan pikiran itu diterima. Kini ia akan berjuang kembali melewati tahap pendadaran danmelengkapi goresan tinta hitam di skripsinya dari beberapa penguji sebagai penyempurna. Kerap kali goresan tinta hitam itu seperti mencari jarum di dalam jerami. Goresan tinta hitam telah sempurna. Ia dinyatakan lulus dengan nilai yang memuaskan.
Sumringah terpancar di wajahnya. Toga dan jubah hitam ia kenakan dengan gagah. Ia dikalungkan medali dan diselempangkan toga penuh wibawa. Kini ia mendapat ijazah dengan gelar Sarjana Pendidikan.







Heti Nur Khasanah lahir di Kota Bumi, 23 Januari 1994. Ia berusia 19 tahun. Ia anak ke dua dari empat bersaudara. Ia tinggal di Degan II Banjararum, Kalibawang, Kulon Progo. Tahun 2006 lulus dari SD Muhammadiyah Degan, tahun 2009 lulus dari SMP Muhammadiyah 1 Kalibawang, tahun 2012 lulus dari MAN 1 Kalibawang. Ia melanjutkan jenjang Perguruan Tinggi di Universitas Ahmad Dahlan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia. Ia pernah memperoleh Gelar Dokter Kecil pada tahun2006. Motto hidup “ satu detik berlalu adalah jutaan ilmu”.Cp :083869083001, Twitter :@hetinurkhasanah, facebook : Hety Nur Khasanah/heti,nurkhasanah@yahoo.com, e-mail: heti.nurkhasanah@yahoo.com. Moto hidup “Satu detik berlalu adalah jutaan ilmu”.
CP: 083869083001, Twitter :@hetinurkhasanah, facebook : Hety Nur Khasanah/heti,nurkhasanah@yahoo.com, e-mail: heti.nurkhasanah@yahoo.com

Puisi Inspirasi Ku

Kecilku Menangis
Kecilku yang gelap
Haus kasih sayang dan perhatian
Rindu pelukan dan belaian
Rindu ciuman dan timangan
Hidup bagai sebatang karang
Teman saudara melayang
Menghilang ketika di butuhkan
Bagai daun hanyut di sungai
Kecilku
Menangis
Kecilku menangis
Menangis masa kecilku
Ayah ibu
Ku merindukanmu
Hanya kau yang mampu menyayangiku
Tulus dari dalam hati Mu

2013
Bukan hal Biasa

Meneganalmu
Butuh waktu yang cukup lama
Mencintaimu
Butuh satu kedipan mata
Merindukanmu
Karena rasa kangen
Menyayangimu
Karena rasa cinta
Menjagamu
Adalah keingginanku
Mempertahankamu
Adalah kesulitanku
Menjauhimu
Bukanlah keingginanku
Melupakanmu
Butuh waktu seumur hidupku

2013
Nsib Orang kecil
Kecil tak berpendidikan yang hidup di sepanajang jalan
Bekerja sebagai pengemis jalanan
Mengharapkan uang recehan
Untuk makan sudah alhamdulilah
Untuk sekolah masih susah
Mobil mewah berderetan, memenuhi jalan perkotaan
Pemilik berjas warna hitam
Yang haus karna jabatan
Meraup uang sana sini, hanya untuk hiburan
Yang lupa akan kewajiban
Di beri seribu janji
Seribu janji juga di ingkari
Yang kaya makin kaya,
yang miskin makin miskin


2013
11062013

Mentari menyambut duka
Bunga melayu
Langit menangis
Senja bingkai kenangan

2013


Biasa

Rangkaian kata-kata cinta
Rangkaian kata-kata puitis
Rangkaian kata-kata romantis
Wanita terhanyut gelombang cinta sudah biasa
Sudah biasa
Wanita bergejolak asmara
Sudah biasa
Wanita terbuai kasih
Sudah biasa
Sekali hati tersayat ujung pisau yang tajam
Wanita akan menagis
Sudah biasa
Sekali hati remuk berkeping-keping
Wanita akan menangis
Sudah biasa

2013

Luka

Lisanku hanya luka
Bagi mereka semua
Tingkahku hanya derita
Bagi mereka semua
Lisanku tajam
Pedas saat melontar kata
Mencabik-cabik saat menghina
Dengan mata pisau yang tajam
Mengukir goresan luka terdalam

` 2013